sunset

sunset

Wednesday, 14 September 2016

Dokter Gigi di Pondok Gede, Bekasi

Yeay, akhirnya berkunjung juga ke dokter gigi setelah mengumpulkan keberanian 2 minggu pasca sakit gigi yang menyerang. Iya, di keluarga saya gak ada rutinitas periksa gigi ke dokter setiap 6 bulan sekali jadinya deh kena lubang gigi yang pas sakit, kepalanya nyut-nyutan kagak karuan. 

Jadi sebenarnya udah lama nih si gigi berlubang geraham kanan kirinya dan selalu ngerasa baik-baik aja selama masih bisa dipake ngunyah hingga sakit gigi itu menyerang :p . Biasanya kalo si saya sakit gigi cuma ngandelin obat-obatan tradisional semisal kumur pake garem, pake es batu sebagai pengalihan sakit, pake campuran lada dan garam dan biasanya itu manjur. Nah, lubangnya udah kebuka lebar barulah obat-obatan tradisional udah gak manjur. Udah gak kuat, larilah ke apotek buat nyari obat. Dikasih sama apoteker catafram 50mg. Malem itu manjur tuh cataframnya tapi seminggu kemudia sakit lagi. Akhirnya tanya-tanya temen di kantor tentang dokter gigi di sekitaran Puri Gading, Pondok Gede Bekasi dan mereka merekomendasikan dokter gigi di klinik yang ada di kawasan tempat kerja.

Di klinik ini ada dua dokter gigi yang dibagi dua shift : senin-rabu dan kamis-minggu. Jadwal kedua dokternya sama yaitu bada magrib. Nah, di kunjungan pertama ini saya dijelaskan tentang kondisi gigi yang sebenarnya entah saya pahami atau gak karena sakit gigi kagak karuan. Yang saya ingat adalah sang dokter akan menutup atau mematikan syaraf gigi pada kunjungan pertama tersebut. Gigi saya ditambal semcam obat tambalan warna pink. Sakit? Iya, sakit, sakit pada saat treatment dan setelah treatment. Tapi dokter memasukkan ke dalam resep obat anti nyeri sehingga nyeri nya tidak berlarut-larut. 

Harusnya saya mengunjungi dokter gigi ini seminggu kemudian namun karena harus keluar kota jadilah baru mengunjungi di dua minggu kemudian. Di kunjungan ini dokter gigi menunjukkan sebatang yang Ibu dokter ini sebut sebagai syarat yang mati yang akan dibersihkan. Nah treatment selanjutnya adalah ditambal sementara lagi dengan zat warna pink seperti kunjungan sebelumnya namun sebelum itu saya diberi semacam obat yang saya rasa di mulut itu seperti rasa karat. Nah, di kunjungan kedua ini, saya gak merasa sakit sama sekali cuma selama seminggu ke depan terkadang di mulut terasa seperti karatan gitu.

Minggu selanjutnya saya berkunjung ke dokter gigi ini lagi dan akhirnya saya mendapatkan tambalan permanen. Yeay akhirnya. Pada treatnent ke tiga ini sama seperti treatment ke dua tidak terasa sakit. Alhamdullilah akhirnya ditambal juga ni gigi dan semoga gak kambuh lagi sakitnya. Untuk suatu kenikmatan memang terkadang perlu pengorbanan, dalam hal ini pengorbanan materi hahaha. Biaya perawatan ke dokter gigi ini ternyata lumayan mahal juga yah buat ukuran saya yang jarang berkunjung ke dokter hehe. ALhamdulliah dapat direimburse di kantor sebagai medical expenses sebesar 80%nya. Yah, walaupun kadang suka kepikiran kalo gak sakit gigi nih sebenenarnya uang segitu (kalo bisa direimburse juga) enak tuh kalo buat perawatan ke salon atau jalan-jalan dan shopping. hahahaha.

Saturday, 10 September 2016

Soulmates

Aheuyy eta judul :p hahaha padahal sebenarnya cuma pengen cerita tentang drama korea yang abis ditonton. Iya, akhir-akhir ini saya lagi ranjing lagi nonton drama-drama korea. Hiksss. Nah, drama korea yang abis saya tonton ini judulnya Lucky Romance. Alasan awal nonton judul ini adalah karena aktor utamana Aa Ryu (wkwkwkw) . Aa Ryu, maksudna Ryu Jeong Yeol, itu adalah aktor yang meranin Jung Hwan di Reply 1988 dan sejak itu saya jatuh cinta ma dia haha. Jatuh cinta di sini maksudnya saya jadi terus-terusan nyari film atau drama yang ada Aa Ryu.

Nah, terkait Lucky romace, pas udah beberapa episode, saya ngerasa ceritanya ampir mirip dengan Japan Drama yang judulnya Rich Man Poor Woman. Kedua drama ini punya inti cerita yang sama yaitu tentang CEO sebuah perusahaan IT yang jatuh cinta ke salah satu stafnya, bedanya kalo di Lucky Romance itu staffnya sama-sama punya keahlian di bidang yang sama atau saya lebih suka menyebutnya sebagai "frekuensi" yang sama. Mereka nyambung ketika ngobrolin koding, bug, dan istilah-istilah IT lannya. Sedangkan di Rich Man Poor Woman , sang staf yang dijatuhcintai oleh sang CEO tidak di frekuensi yang sama.



Setelah nonton kedua drama itu saya berkesimpulan tentang soulmate :
1. Jika soulmate saya nantinya ada di frekuensi yang sama dengan saya maka saya akan lebih mudah untuk berbagi keluh, meminta bimbingan dan saran. Kami dapat melakukan beberapa hal yang sama secara bersama-sama. Menyelesaikan soal matematika untuk refreshing misalna wkwkwkw, ga deng.

2. Jika ternyata soulmate saya memiliki frekuensi yang berbeda maka soulmate saya dapat memberikan pandangan tentang frekuensi lainnya sehingga pandangan saya terhadap dunia akan semakin luas. Masing-masing dari kita dapat memberikan saran dari sudut pandang yang berbeda. 

Jadi intinya, asalkan setiap orang mampu melihat sisi baik dari soulmatenya maka segalanya akan baik-baik saja. Yang penting adalah komunikasi. #tsahhhh, ngomong naon sih sus hahaha..