Salah satu istilah ekonomi yang dipelajari di Sekolah Dasar dan masih saya ingat adalah kata "barter". Barter, sebuah proses jual-beli dengan cara saling tukar menukar barang dengan barang, maksudnya tidak menggunakan perantara uang kalo kata Kang Wikipedia. Barter merupakan salah satu transaksi yang dilakukan sejak manusia belum mengenal mata uang, jaman baheula katanya. Saat ini hanya beberapa suku saja yang masih menggunakan metode ini seperti suku Baduy, Banten. Namun, sistem barter ini benar-benar masih terjadi lho di era modern, benar-benar terjadi bukan di pedalaman tapi di pusat kota. Iya? iya, serius :D
Pernah liat mamang yang jualan bubur makan ketoprak atau kebalikannya ga? nah itu salah satu contohnya. Percaya atau tidak, mamng yang jualan (ngider) kayak gitu seolah punya aturan tidak tertulis kalo mereka tidak mau menerima uang dari teman sesama mamang yang jualan (ngider)nya. Bagi yang belum tau, mamang yang jualan (ngider) keliling gitu punya trayek jualan masing-masing. Jadi mereka punya teman sesama pedagang keliling yang memiliki trayek jualan yang sama. Jadi kalo suatu saat mereka lapar (misalnya) dann bosen dengan jualannya sendiri maka bisa jadi sistem barter ini terjadi.
Walaupun ada aturan tidak tertulis seperti di atas (tidak mau menerima uang dari sesama teman pedagang), tapi bukan berarti salah satu pedagang jadi memanfaatkan momen untuk hal negatif seperti "meminta dagangan secara sepihak" . Tidak, tidak seperti itu. Alasan mereka tidak mau menerima uang itu lebih ke arah merasa segan untuk menerima uang. Mungkin ada yang pernah liat mamang angkot nolak dibayar oleh salah satu penumpangnya gara-gara penumpang tersebut adalah salah satu rekan supir angkot yang lagi "off" dari tugasnya (*halah :p) ? Nah, segan seperti itulah.
Mungkin ada yang penasaran kenapa saya tau sebegininya? hehe.. kadang suka iseng memperhatikan kalo lagi jajan di penjual yang ngider dan juga mendapat informasi langsung dari sumber yang sangat dapat dipercaya, Bapak kuring :D . Berhubung bapak saya juga jualan keliling jadi tau deh info-info kayak gini. Seperti kejadian seminggu lalu ketika Bapak bawa sebuah jeruk bali, iya sebulet gede gitu. Bapak bilangnya itu hasil tukeran dengan mamang buah dituker dengan tiga gelas bajigur dan makanan pelengkap lainnya.
Kalo dituker dengan sistem barter kayak gini nilai barangnya jadi kerasa lebih murah lho. Kenapa? karena yang diperhitungkan oleh kedua belah pihak adalah harga modalnya. begini, misal kasus bapak yang nuker bajigur dnegan jeruk bali. Kata mamang buah, itu harganya 13ribu, nah makanya mamang buah minta makanan yang dia rasa senilai dengan harga jeruk bali. padahal, dari sisi Bapak makanan yang diambil itu ga sampai 13rbu karena Bapak cuma memperhitungkan harga modalnya aja. Nah, begitu pula dari pihak mamang buah.
Begitulah salah satu keuntungan barter ini. makanya masih terjadi di era modern ini. Nah, silakan mencoba mengamati interaksi ini jika terjadi di sekitar teman-teman :D
No comments:
Post a Comment