Jadi ceritanya saya ambil mata kuliah seminar untuk semester ini, nah aturan kelas seminar saat ini adalah selain kehadiran 80% saat kelas seminar diadakan juga minimal 6 kali kehadiran di seminar yang diadakan jurusan setiap rabunya. Alhamdulliah nya jadwal seminar dan kelas seminar ini memang dalam satu, atau sebenarnya itu dibuat seperti itu oleh pembuat jadwal.
Untuk seminar pertama di semester ini temanya tentang bioteknologi, judul tepatnya : The Effect of Biotechnology to Our Society. Pembicaranya Ms. Solmaz Aslanzadeh, Ph.D , seorang doktor bioteknologi, keturunan Iran, berkewarganegaraan Swedia yang sudah satu setengah tahun ini tinggal di Indonesia dalam rangka urusan pekerjaan. Hehe, lengkap tah datana :P. Ms. Solmaz bercerita tentang kota tempat tinggalnya di Swedia, namanya Boraz. Ditulis boraz tapi bacanya boros, begitu katanya. Walaupun kota kecil tapi kota ini boleh dikatakan adalah kota yang bebas sampah. Setiap rumah tangga wajib memilah sampai menjadi berbagai jenis sampah untuk diproses selanjutnya. Ada yang direcycle, ada yang jadi bahan bakar, ada juga yang dibakar sebagai sumber panas di musim dingin. Pokoknya keren sudah proses pengolahan sampah di sana, dibanding di sini. Everywhere is trash can :p
Nah, mari beranjak ke cerita tentang bioteknologinya. Seperti kita tahu bahwa bioteknologi adalah teknologi yang melibatkan makhluk hidup baik itu mikroorganisme, tanaman, jamur atau yang lainnya. Bioteknologi sebenarnya sudah dikenal sejak dulu yaitu yang kita kenal saat ini sebagai bioteknologi konvensional seperti pembuatan yogurt, keju, oncom, dsb. Kalo sekarang ini, bioteknologinya udah gerak ke bioteknologi modern, mainannya udah rekayasa-rekayasa genetika. Itulah memag lebih arah ke arah sana bioteknologi saat ini, walaupun ada beberapa hal yang masih tersangkut masalah etik baik itu etik sosial maupun etik agama.
Nah, salah satu bioteknologi yang menarik bagi saya (karena saya baru tahu info ini, *iya saya yang kuuleun :p ) yaitu tentang Golden Rice.
Golden Rice ini adalah beras hasil rekayasa bioteknologi yaitu beras yang mengandung beta-karoten. Beta-karoten ini yang menyebabkan beras ini berwarna kuning keemasan, nah saat kita makan beta karoten ini akan diubah menjadi vitamin A. Tujuan dari rekayasa beras ini adalah untuk menanggulangi kekurangan vitamin A bagi penduduk-penduduk yang mayoritas makanan pokoknya adalah nasi. Jadi saat makan , walaupun cuma nasi ma kerupuk, tapi mereka sudah langsung mendapat asupan vitamin A. Kata Solmez, beras ini sudah dikembangkan di Philipina walaupun pas saya googling ternyata sudah ada juga yang buatan China.
Pas googling-googling lagi, katanya gak semua orang suka dengan rekayasa beras ini. Banyak juga yang nolak, alasannya karena mereka khawatir ada efek samping ke depannya nanti atau efek rekayasa ini juga akan mempengaruhi padi-padi alami yang ditanam di sekitaran padi golden rice ini. Yah, namanya juga manusia, gak semua niat baik bisa ditanggapi dengan baik. Kalo saya pas liat golden rice ini langsung mikirnya nasi kuning, jadi kalo selametan gitu ga usah lagi pakai kunyit lagi, udah pake golden rice ini aja. Kan ada tuh beberapa orang yang gak suka makan nasi kuning karena masih kecium bau kunyitnya haha (padahal kalo masaknya bener mah ga bakal kerasa bau kunyit lagi, kata kakak saya antisipasi bau kunyit ini adalah sebelum ditumbuk, kunyit digoreng atau disanggrai dulu, pasti gak bau haha).
Oh ya, sebenarnya golden rice ini bisa juga ngakalin bagi orang-orang yang pengen matanya sehat tapi gak suka makan wortel. Tapi sabaraha yah harga sakilona ieu beas? :)
No comments:
Post a Comment