sunset

sunset

Saturday, 28 May 2011

Naga, Buah Naga dan Kampung Naga

     Euforia awal liburan : males-malesan sambil melakukan hal-hal yang ga jelas.Katakanlah mengisi waktu dengan nonton anime yang bersifat serial. Anime yang sedang saya tonton adalah anime china yang bercerita tentang dunia masak-memasak : Cooking Master Boy. Film sering saya tonton setiap hari minggu pas jaman SD atau SMP di salah satu TV swasta  jadi berasa nostalgia.Walaupun film nya agak lebay tapi tetap aja ditonton karena lumayan seru :p
    Salah satu hal yang menarik dari film ini adalah banyak menampilkan tentang naga. Naga? ?yup, naga.  Kalo kata Bang Wikipedia, Naga adalah sebutan untuk makhluk mitologi berwujud reptil  dan berukuran raksasa. Di film ini ,naga ga diceritain hidup, cuma makanan aja yang bentuknya dibuat menyerupai naga. Apakah naga itu sebenarnya ada?? entahlah, saya cuma tahu kalo tu ada di film.titik.
     Berbicara tentang naga mengingatkan saya pada dua hal yang namanya berkaitan dengan naga : Buah Naga dan Kampung Naga.
1. Buah Naga

     Entah kenapa nama ni buah : buah Naga. Apakah karena naga suka makan ini atau apa. Namun, ada praduga yang mengatakan bahwa buah ini dinamai buah naga karena warnanya yang merah mencolok  dan memiliki sirip hijau sehingga menyerupai naga.
     Saya sering melihat  buah ini , tapi  belum pernah memakannya jadi saya tidak tahu apakah rasa dari buah ini manis, asam atau bahkan pahit. ( kapan-kapan kayaknya boleh ni makan ni buah ) :)
2. Kampung Naga
    Kampung Naga adalah sebuah tempat yang  masyarakatnya masih menjaga tradisi dengan baik. Tidak ada listrik di sana.Kampung naga ini terletak di perbatasan Garut-Tasik. Walaupun begitu, saya baru ke sana satu  kali. Dua tahun yang lalu kalo ga salah.
     Saat berkunjung ke sana, beruntung saya dan teman-teman bertemu dengan Bapak yang dapat menjelaskan tentang keadaan di sana. Iseng, saya pun menanyakan tentang asal usul nama kampung ini. Apakah dulu Naga memang benar ada di sini atau tidak??
     Ternyata asal usul nama Kampung Naga tidak berhubungan dengan hewan mitologi bernama naga .Kata naga berasal dari kata "NAGAwir --> Na Gawir '' ,istilah sunda yang artinya di tepi jurang ( Na = di,  gawir  = tepi jurang).Ya, begitulah kata tersebut berasal. Kenapa jadi Kampung Naga, biar kedengarannya lebih enak aja dan menarik untuk dikunjungi mungkin ya,, he..
    Di Kampung Naga, tidak ada listrik. Awalnya saya berfikir mungkin hal ini terjadi sama seperti di daerah -daerah yang sangat menjaga tradisi dan tidak ingin terkontaminasi oleh budaya lain. Seperti di  Desa Kanekes, tempat masyarakat Badui tinggal. Namun, ternyata bukan karena itu. Bukan karena tradisi yang melarang mereka untuk tidak memasang listrik tapi katanya karena daerah ini adalah daerah yang sangat rawan untuk disambar petir. demi keselamatan semua orang di kampung ini, maka semua orang rela untuk tidak menikmati indahnya listrik he.. 
    
     Berhubung di netbook masih ada sejumlah (banyak) episode film serial ini, maka tidak ada salahnya kalo saya lanjutkan untuk menonton. (gabut mode : on :p )

Sunday, 15 May 2011

Balada Pedasnya Cabai

    Bandung sejak jaman dulu terkenal dengan berbagai jajanan kreatifnya.  Akhir-akhir ini, kita (orang yang   ada di Bandung) pun mengenal banyak jajanan yang mayoritas adalah produk modifikasi dari jajanan yang sudah ada sebelumnya . Katakanlah cireng isi sebagai produk modifikasi dari cireng (tanpa isi) misalnya atau gehu pedas,  cimol , seblak, kripik setan dan jajanan lainnya.  Apa yang dimodifikasi? salah satunya mungkin ada di point rasa  "pedas". Hal ini menunjukan betapa akhir-akhir ini masyarakat Bandung begitu gandrung terhadap rasa pedas.
    Mendengar kata pedas, sebagian besar orang akan langsung memikirkan cabai sebagai sumber rasa ini.     Banyak pertanyaan yang terlintas di benak tentang cabai . Dengan bantuan Mbah Google, akhirnya saya pun menemukan jawabannya. Berikut pertanyaan dan sekaligus jawaban sekitar cabai dan pedas.

1. Kenapa cabai rasanya pedas?
    Karena kalo asin kemungkinan besar itu adalah garam , he... 
    Cabai  memiliki rasa pedas karena cabai mengandung suatu senyawa yang bernama Kapsaisin. Kapsaisin ini letaknya ada di urat putih tempat melekatnya biji cabai. Kebanyakan orang akan membuang urat putih ini (sekaligus bijinya) jika merasa terlalu pedas dengan cabai (walaupun mungkin sebenarnya mereka ga tahu kalo di situ ada kapsaisin, sumber rasa pedas cabai).
  
2. Kenapa rasa pedas cabai tidak cepat hilang walau kita sudah minum banyak air ?
    Kapsaisin adalah suatu senyawa nonpolar yaitu senyawa yang tidak dapat larut dalam air dan senyawa polar lainnya. Saat kita minum, maka senyawa ini tidak terbawa oleh air. Minum hanya akan menyebabkan kapsaisin tersebar merata ke seluruh permukaan lidah. Untuk mengatasinya, maka dianjurkan untuk meminum larutan yang mengandung senyawa nonpolar seperti susu.

3. Mengatasi sakit kepala dengan makan makanan yang mengandung cabai. Mitoskah? 
    Orang-orang di sekitar saya akan mengajak saya  untuk makan rujak atau makan baso saat mereka merasa sakit kepala. Mereka merasa akan cepat sembuh dengan memakan makanan pedas.Hmm, awalnya saya pikir hal ini hanya sugesti semata. Namun, ternyata memang ternyata rasa pedas dapat menghalangi aktifitas otak untuk menerima  sinyal rasa sakit di pusat sistem saraf. Kapsaisin akan memicu keluarnya hormon endorfin sehinga rasa sakit akan berkurang. 

4. Mengapa konsumsi banyak cabai dapat menyebabkan sakit perut?
    Sakit perut setelah makan cabai diakibatkan karena kita mengkonsumsi cabai dalam jumlah banyak dan mengakibatkan produksi asam lambung meningkat. Selain itu, banyak makan cabai dapat menyebabkan dinding lambung terkikis.

   Selain itu, perlu diketahui pula bahwa ternyata cabai mengandung vitamin C lebih banyak dibanding buah-buahan seperti jeruk, mangga atau nanas.
   Hmm, membaca efek positif tentang cabai membuat saya tertarik untuk jajan  makanan  pedas-->nyari-nyari alasan wat jajan :) 

  
    

Friday, 6 May 2011

Bahasa Alay

Dua hari ini, saya harus menghubungi (via sms atau telpon) calon etoser yang lolos seleksi adminstrasi untuk memberi kabar bahwa mereka lolos seleksi tahap 1 dan harus mengikuti seleksi tahap 2 yang akan diselenggarakan hari minggu ini ( 8 Mei 2011 ). Untuk menghubungi caetoser ini sebenarnya tidak hanya diberikan kepada saya saja tetapi kepada semua etoser. Masing-masing etoser harus menghubungi kurang lebih 15 caetoser.
Calon etoser yang harus dihubungi adalah anak-anak SMA yang notabenenya masih labil.Labil ? Hmm, entahlah kata apa yang tepat untuk menggambarkan mereka.
Setelah selesai menelpon caetoser, saya tahu bahwa tugas saya sebenarnya belum selesai. Mereka akan menanyakan (via sms) segala hal yang berkaitan dengan proses seleksi yang akan mereka hadapi seperti menanyakan bagaimana cara mencapai tempat seleksi, apa saja yang harus dipersiapkan, pakaian seperti apa yang diperbolehkan untuk dikenakan,dan hal-hal detail lainnya yang berhubungan dengan proses seleksi. Ok, tak apa. Saya tahu benar kondisi mereka karena tiga tahun yang lalu pun saya pernah merasakan berada di posisi mereka. Ok, saya akan menjawab sms mereka dengan senang hati :) .
Apa yang saya pikirkan ternyata benar.Sms demi sms dari caetoser pun memenuhi kotak masuk sms di HP saya. Akan tetapi, untuk menjawab sms yang mereka kirimkan ternyata tak semudah yang dibayangkan. Perlu waktu (agak) lama untuk memahami pertanyaan mereka. Sudah dapat ditebak apa permasalahannya. Yup, kebanyakan dari mereka menggunakan bahasa alay.
Tulisan dengan huruf kapital dan huruf kecil berselang-seling, penggunaan beberapa angka untuk menggantikan beberapa huruf, penambahan konsonan yang tidak perlu. Huh, entahlah apa yang mereka pikirkan saat mengirimkan sms seperti itu kepada saya. Walaupun saya telah mengatakan bahwa saya tidak mengerti dengan tulisan (alay) mereka namun tetap saja mereka tidak mengubah format sms mereka.

salah satu kata alay yang saya terima : Mh!kumzt

Butuh waktu sekitar 2 menit untuk menyadari bahwa kata ini adalah untuk " mikum --> assalamualaikum ", hadeuh..

Wahai anak-anak SMA, marilah kita melestarikan bahasa Indonesia kita dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kembalilah pada jalan yang benar (padahal saya sendiri masih belum mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar, he.. )

Friday, 22 April 2011

Self-Washing Glass

Saat ini banyak gedung-gedung tinggi menjulang dan hampir semua dindingnya ditutupi oleh kaca. Pemasangan kaca-kaca ini dapat mengurangi penggunaan listrik di siang hari karena cahaya matahari dapat sangat bebas masuk . Namun, agar kaca tersebut tetap terjaga kebersihannya maka tentu saja kaca tersebut harus dibersihkan. Maka munculah sebuah lapangan pekerjaan baru , para cleaning service yang akan mempertaruhkan nyawa mereka untuk menggantung di ketinggian demi membersihkan kaca-kaca tersebut dengan upah yang mungkin tidak sebanding dengan resiko yang mereka hadapi.

Kaca-kaca tersebut akan berdebu atau kotor apabila tidak dibersihkan. Namun sebenarnya ada sebuah metode otomatis ( tapi bukan dengan cara kontrol otomatis He.. ). Kaca akan membersihkan dirinya sendiri. Lho gmna cara? Hal ini dapat terjadi dengan bantuan efek fotokatalitik dengan bantuan material yang bernama TiO2 ( Titanium Oksida ). Kaca yang terlapisi dengan material inilah yang disebut self-washing glass.

Proses fotokatalitik merupakan suatu proses dimana katalis bekerja pada saat dikenai cahaya matahari. Sebenarnya yang diperlukan adalah sinar ultravioletnya. Fotokatalitik ini akan menyebabkan kaca menjadi hidrofilik ( suka air ) sehingga air akan menyebar secara merata ke semua permukaan kaca.dan akan mendekomposisikan material. Saat hujan datang, maka kotoran tersebut akan terbawa oleh air dan kaca menjadi bersih kembali.
Lumayan kan, dengan adanya self washing glass ini setidaknya kita dapat mengurangi resiko kecelakaan para Bapak petugas cleaning service. Hmm, tapi mungkin timbul pertanyaan “klo gini ini sama artinya dengan menghilangkan salah satu lapangan pekerjaan?” . Iya juga si kalo dipikir-pikir.

Tapi bagaimana kalo bapak-bapak tersebut kita alihkan untuk bekerja di perusahaan yang memproduksi self-washing glass saja,, he..




Sunday, 10 April 2011

Dua Belas Ipa Tilu

Dua belas Ipa Tilu (tiga) adalah nama kelas yang saya huni saat masa SMA di SMAN 1 Leles, Garut. Kelas yang dihuni hanya oleh 36 siswa (26 siswi dan 10 siswa) . Semua siswa di kelas ini berasal dari kelas yang sama saat di kelas XI, XI IPA 3. Telah berada di kelas yang sama selama satu tahun membuat kami kompak di kelas XII. Kompak dalam hal apa??sepertinya kompak dalam melakukan kenakalan-kenakalan :-p. Ketua Kelas kami adalah mantan Ketua OSIS, walaupun begitu ini tak menjamin suasana kelas dapat terkendali dengan mudah menggunakan skill kepemimpinannya. Bagaimana tidak, jika justru dialah yang terkadang menjadi otak keonaran.

Dari 4 kelas Ipa yang ada di sekolah, Ipa tilu ini terkenal agak badung di kalangan para guru dan siswa-siswa lainnya. Entah dari mana datang nya stereotif ini karena di kelas tidak ada yang merasa begitu,,(ya iyalah mana ada penjahat ngaku :-p ). Akan tetapi justru karena telah ada label itu, kami pun seolah berani untuk melakukan kebadungan- kebandungan lainnya.

Gambar di atas adalah salah satu hasil kebadungan yang kami lakukan. Gambar ini dibuat di dinding bagian belakang kelas kami.Gambar yang dibuat dengan menggunakan pilox sangat tebal sehingga akan sulit untuk dihilangkan.
Saat kelas-kelas lain mengecat dengan sewajarnya, Ipa tilu justru membuat gambar yang menggegerkan warga sekolah. Bagaimana tidak, gambar ini justru membuat kelas seolah terkesan tempat kumpulnya berandalan bukan tempat belajar. Tapi bukankah tujuan pendekoran ulang ini adalah agar siswa lebih nyaman berada di kelas?? Kalau kami merasa ini akan membuat kami nyaman, mengapa tidak kami melakukannya??

Apakah ini mendapat persetujuan dari Wali kelas kami?? Hmm, pada akhirnya ya. Bagaimana tidak setuju, jika kami baru memberitahu tentang dekorasi kelas saat kami telah selesai mengecat. Ha..ha.. langkah bagus untuk tidak mendapat pencekalan.

Kecaman, ancaman, cemoohan, permintaan wat mencat ulang pun datang bertubi-tubi pasca proses pengecetan ini. Tapi tak sedikit yang mengacungkan jempol karena kreativitas kami ( horey,,masih ada yang dukung :) ). Satu minggu setelah kejadian ini maka kelas kami seolah menjadi pusat perhatian. Hampir semua warga sekolah menyegaja untuk melihat ruang kelas ini. Bahkan ada siswa-siswa yang foto secara sembunyi-sembunyi setelah pulang sekolah di kelas kami ini. Ckckck berasa jadi studio foto :-P

Walaupun jumlah siswa laki-laki cuma 10, bukan berarti mereka jadi minoritas yang tertindas. Mereka, sesuai kodratnya menjadi pemimpin. Mereka sepertinya sumber onar di kelas, tapi entah mengapa, siswa yang lain (siswa perempuan ) tidak merasa terganggu dengan kenakalan mereka. Mungkin karena kami (siswa perempuan) juga mengikuti jejak mereka untuk menambah keonaran, ha..ha.., entahlah.

Walaupun 10 orang ini terkesan nakal tapi mereka sebenarnya sering melakukan hal-hal yang tidak terduga. Sebut saja aksi mereka untuk puasa sunah hari senin secara bersama-sama atau menyempatkan diri untuk shalat dhuha di sela-sela jam pelajaran. Hmm, tak terduga. Tapi itulah mereka. Kompak.

Saat ada kesempatan, maka kami berupaya untuk tetap menjaga silaturahmi. Kami menyebut kegiatan ini sebagai reuni walaupun sebenarnya agak kurang cocok mengingat intensitasnya yang banyak. Bayangkan saja, dalam tahun pertama setelah lulus, kami melakukan 4 kali acara kumpul-kumpul. He..
Barudak Ipa tilu, iraha atuh urang kumpul deui ?? :)